Kamis, 27 Oktober 2011

Apa yang mau engkau ubah dari pasangan hidupmu?

Pernahkah anda berpikir mengenai kekurangan pasangan hidup anda? Mungkin masakannya yang tidak enak, kurang bisa membersihkan rumah, tidak bisa diam, dsb, dsb. Jika anda diberi waktu satu jam untuk menuliskan semua kekurangan pasangan anda yang anda mau untuk bisa dirubah, sepanjang apakah list tersebut? Apakah anda membutuhkan satu halaman, ataukah anda membutuhkan satu buku penuh?

Saya pernah memikirkan hal tersebut, menuliskan apa kekurangan istri saya yang saya mau rubah? Keras sekali saya berpikir, mungkin sampai ada asap keluar dari telinga saya karena otak saya yang kecil ini bekerja terlalu keras. 10 menit, 20 menit, 1 jam lewat dan apa yang saya dapat? Kertas kosong yang penuh bekas-bekas tulisan yang saya hapus.

Manusia dilahirkan untuk mudah melihat kekurangan orang lain. Ini adalah kelebihan dan kekurangan kita sebagai manusia. Cuman butuh waktu sekian detik untuk melihat kekurangan orang lain, membutuhkan waktu lebih lama untuk bisa melihat kelebihan orang lain dan waktu lebih lama lagi untuk melihat kekurangan diri sendiri. Tidak butuh banyak usaha untuk berpikiran negatif tapi butuh usaha keras untuk bisa berpikir positif.

Saya berpikir keras untuk menuangkan segala kekurangan istri saya diatas kertas. Pada awalnya saya dengan mudah menuliskan kekurangan tersebut, cepat sekali, seperti air mengalir. Sampai tangan saya capai dan saya terpaksa istirahat. Pada saat istirahat inilah saya membaca kembali apa yang saya tuliskan dan otak saya yang kecil ini mulai jalan lagi setelah overheated. Satu per satu saya hapus jawaban saya. Kenapa? Karena saya mulai berpikir positif. Terbayang di pikiran saya wajah istri saya, perempuan yang saya cintai. Manusia yang tidak sempurna dengan segala kekurangan yang saya bisa tuliskan diatas kertas. Terbayang di pikiran saya apa jadinya jika situasinya dibalik, apa yang akan istri saya tuliskan di kertasnya? Saya mulai menerka-nerka, mungkin ini, mungkin itu. Sampai pada akhirnya saya berpikir, kita ini adalah sepasang manusia yang tidak sempurna. Lalu kok bisa menjadi pasangan untuk satu sama lain? Kata pasangan inilah yang menyadarkan saya.

Pasangan. Sebagai suami saya harus bisa jadi pasangan yang baik untuk istri saya. Dalam arti saya harus bisa melengkapi istri saya, dan saya tahu dengan pasti, istri saya dapat melengkapi saya. Kita adalah manusia yang tidak sempurna tapi sebagai pasangan, kita seharusnya bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Saya memulai list saya dengan pikiran negatif, melihat kekurangan istri saya sebagai kekurangan. Lalu menutupnya dengan pikiran positif, melihat kekurangan istri saya sebagai sesuatu yang bisa saya lengkapi, sebagai sebuah opportunity bagi saya untuk bisa lebih dicintai oleh istri saya. Sebagai pasangan kita membutuhkan satu sama lain, sebagai pasangan kita menghargai satu sama lain, sebagai pasangan kita mencintai satu sama lain. Sewaktu membutuhkan dan menghargai hilang maka cinta akan lenyap dan kita bukan lagi sepasang. So, if I have the opportunity to change anything about her, then I will not change a thing.

And now, how long is your list?

4 komentar:

  1. wah...lagi rajin nulis nih mas? Saya suka anda nulis yang beginian, bermanfaat! daripada ngomongin agama melulu. Masih inget kan sama ane?
    sekarang ketularan blajr ngeblog juga, baru jadi dari nol...heheheeh, mampir ya

    BalasHapus
  2. Hahaha, dia nongol lagi. Belum, belum lupa, berusaha ngelupain sih tapi enggak bisa, hahaha. Thanx banget sudah mampir lagi.

    Pasti, nanti pasti di check2 blognya, siapa tau bisa di provokasi dikit2, hahaha.

    BalasHapus
  3. Aku adalah aku, yang memiliki segumpal ego. Saat pacaran, ego kulupakan sejenak. Saat awal menikah, ego kusembunyikan. Setelah beberapa tahun menikah ego ku umbar liar. Bagaimana dengan pasangan kita? Mana-ku tahu. Pokoknya ini pernikahanku. Kalau mau langgeng dan jalan terus maka ente harus berubah dan berevolusi menyesuaikan diri dan lingkungan. Begitulah kira kira rangkuman dari si Mbah

    BalasHapus