Selasa, 08 November 2011

Kotak Amal

Saya baru saja membaca sebuah postingan di Kompasiana berjudul “Kotak Amal Pembawa Ajal”. Intinya seseorang telah mencuri uang dari sebuah kotak amal di sebuah tempat ibadah. Orang tersebut meninggal dikeroyok oleh orang-orang yang berada di tempat ibadah tersebut. Kejadian ini baru saja terjadi, saya juga membaca beritanya yang bertanggal 8 November. Miris dan bingung saya di bawa oleh postingan dan berita tersebut. Apa mungkin seseorang dibunuh oleh umat beragama di tempat ibadah, hanya gara-gara mencuri uang di kotak sumbangan? Semurah itukah nyawa seseorang?

Lalu saya teringat waktu saya kecil, atau mungkin lebih tepatnya, waktu saya masih lebih muda dari sekarang. Pada suatu saat selesai misa, Romo mengumumkan bahwa sekarang kotak sumbangan lilin di gua Maria di tempelkan pada rangka tempat lilin dan di kunci. Sebelumnya kotak tersebut hanya berupa kotak kayu yang tidak dikunci, dan seseorang telah mencuri kotak sumbangan tersebut. Ini bukan sumbangan gereja tapi hanya sumbangan lilin, jadi isinya juga tidak akan banyak.

Melanjutkan pengumuman tersebut, Romo mengatakan, untuk tidak mengutuk orang tersebut tapi doakanlah supaya sadar dan tidak mengulangi perbuatannya. Umat diminta untuk mengerti dan merelakan karena Romo percaya bahwa orang tersebut sangat membutuhkan uang tersebut. Romo juga mengatakan jika ada orang yang membutuhkan pertolongan, diminta untuk menemui Romo dan tidak melakukan dosa dengan mencuri. Gereja memang mempunyai bagian sosial yang bisa membantu umat yang membutuhkan.

Dua reaksi yang sangat berbeda, terlepas dari agamanya, terlepas dari jumlah uang yang dicuri, terlepas dari sebabnya dia mencuri. Semua agama pasti mengajarkan kebaikan, memaafkan, dan keadilan. Tidak ada satupun agama yang tidak mengajarkan itu. Jadi murni reaksi-reaksi diatas adalah reaksi seorang pemimpin, pemimpin pengeroyokan dan pemimpin agama. Saya bisa mengatakan murni reaksi-reaksi diatas adalah pencerminan nilai-nilai kemanusian masyarakat yang terkait dalam aksi-aksi tersebut. Jadi bukan lagi menyangkut agama tapi lebih pada masalah kemanusiaan. Tanpa sikap manusiawi, agama tidak lagi ada gunanya.

Seharusnya umat beragama tidak hanya bersandar pada kalimat-kalimat yang ada dalam kitab suci mereka. Tidak hanya mencari Tuhan, memperdalam iman tapi juga menolong dan memaafkan sesama. Tidak pada tempatnya seorang pencuri kotak sumbangan dihakimi sedemikian rupa. Saya yakin tidak ada ajaran Tuhan yang sesadis itu.

Pernahkah sebagai umat beragama, anda berpikir apakah yang Tuhan ingin saya perbuat dalam menghadapi masalah ini? Ataukah anda berpikir apakah solusi yang Tuhan akan berikan pada saya untuk memecahkan masalah tersebut? Atau anda malah menjadi Tuhan dan menghakimi sekaligus menghukum seorang pencuri kotak amal seperti pada peristiwa di atas?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar