Rabu, 05 Oktober 2011

Siapa mempermalukan siapa?

Membaca berita di sebuah koran on-line yang berjudul “Pakaian Bekas Permalukan Indonesia”, mendorong saya untuk berpikir. Seorang Murtowardojo, merasa dipermalukan oleh kelakuan bangsanya yang membeli pakaian bekas yang berasal dari negara lain. Apakah yang saya baca ini benar? Kalau benar, apakah betul seseorang yang berpendidikan tinggi, menjabat menteri, putra Indonesia, merasa malu karena rakyat Indonesia berbuat seperti itu? Salah dimana rakyat ini kok sampai mempermalukan menteri negara?

Pak Menteri negara yang terhormat, mungkin bapak salah bicara. Mungkin yang Bapak maksud adalah "Memprihatinkan" bukan "Memalukan". Kok rakyat Indonesia, salah satu negara terkaya di dunia dalam segi kekayaan alam, bisa sampai harus membeli pakaian bekas di pasar tradisional yang asalnya dari negara lain? Ini sangat memprihatinkan Pak, bukan memalukan.

Kalau memang yang Bapak maksudkan adalah prihatin bukan memalukan, tolong jangan berhenti sampai disitu, Pak. Apa yang Bapak bisa lakukan untuk mengatasi hal yang sangat memprihatinkan ini? Pernah terpikir untuk menggalang dana kesejahteraan dari jajaran pemerintah yang sifatnya pribadi? Yang saya maksudkan adalah Presiden dan para menteri yang terhormat merelakan sebagian dari penghasilannya, baik yang legal maupun ilegal, untuk dipakai sebagai dana santunan bagi fakir miskin. Ayolah Pak, anggap saja anda ini Robin Hood. Korupsi dari rakyat yang bisa membayar korupsi untuk dibagikan kepada rakyat yang tidak bisa bayar korupsi. Belum pernah kan kejadian pemerintah Indonesia secara kolektif dan pribadi menyumbangkan sebagian dari penghasilannya untuk fakir miskin? Ataukah hal ini sangat memalukan?

4 komentar:

  1. Salut dengan pola pikirnya Mas Asu, masih tetap berpikir positif dan menganggap sang Penjahat eh Pejabat cuma salah bicara.

    Kalau saya pasti akan langsung memvonis-nya salah, dari awal memang tidak tahu beda kata memprihatinkan dan memalukan, dari awal memang tidak perah belajar berpikir sebelum berkomentar.

    Terima kasih, Anda telah mengajarkan dan mengingatkan saya untuk selalu berpikir positif.

    BalasHapus
  2. Wah terima kasih atas pujiannya, Mbah Wage. Tapi sepertinya ketinggian buat saya.

    BalasHapus
  3. Ya gpp ketinggian, ga acrophobia (takut ketinggian) toh? :D

    BalasHapus
  4. Takut jatuh, hehehehe. Tinggi selama enggak jatuh sih enggak papa. Pujianphobia.

    BalasHapus