Selasa, 27 September 2011

Tuhanku beragama Katholik

Para pendahuluku menciptakan agamaku berdasarkan apa yang dirasakan mereka. Menuangkannya dalam bentuk tulisan dan menyebutnya Kitab Suci. Kitab ini kemudian menjadi pegangan untuk pengikut-pengikutNya. Manusia menciptakan agama, manusia menuliskan Kitab Suci, tanggung rasanya kalau manusia tidak memberikan agama pada Tuhannya.

Maka dari itu, kuberikan agamaku pada Tuhanku. Katholik lah agamaNya. Ini Tuhanku, terserah padaku bagaimana aku akan mengimaniNya. Tuhanku adalah urusanku, Tuhanmu terserah kamu.

11 komentar:

  1. agamamu agamamu agamaku agamaku ya?
    ini sudah ga mau mikir atau males mikir atau berantemnya kalah melulu?
    Biasanya yg ucapin gini pas powernya sdh gede menjadi

    agamamu agamamu agamaku agamamu !!! awas gue bacok luh !!!

    BalasHapus
  2. Setengah benar, Mbak. Ini sudah merasa "power" nya besar jadi saya memberikan agama saya pada Tuhan saya, bukan Tuhan orang lain. Habis tanggung, Mbak. Manusia menciptakan agama, manusia menciptakan Tuhan, kenapa tidak memberi Tuhan sebuah agama? Saya rasa ini sah2 saja sampai keberadaan Tuhan tidak hanya dapat di imani.

    BalasHapus
  3. coba baca yg ini
    http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/04/haruskah-kupercaya-tuhan/
    bandingkan dengan
    http://sejarah.kompasiana.com/2011/09/24/masjid-di-wilayah-ground-zero-pasca-911/

    BalasHapus
  4. Mbak Kunti musti sabar ngadepin saya, soalnya saya tidak secepat Mbak.

    Maksud Mbak apa yah? Link pertama membahas mengenai asal usul Tuhan dan gelar ke-maha-an Tuhan. Link ke dua membahas mengenai perasaan dari keluarga korban WTC911 pada keputusan Obama untuk mengijinkan didirikannya mesjid di sekitar Ground Zero. Lalu hubungannya dengan saya memberikan agama saya pada Tuhan saya apa yah? Apa ada yang terlewat oleh saya?

    BalasHapus
  5. Atau mungkin Mbak memberikan input buat saya?

    BalasHapus
  6. Yang pertama kita HARUS kritis ttg tuhan biarpun ada 1000% keyakinan thd tuhan kita. Keyakinan yg bisa membuat kita memberikan agama (memberikan persembahan rasa keagamaan) kita pd Tuhan. Kenapa? karena ada contoh di link no 2 yg menunjukkan pembelaan (memberikan keagamaan) kita pd Tuhan ternyata bisa menyebabkan kesalahan fatal.

    Bukan bagaimana kita menyesuaikan keagamaan Tuhan pada keagamaan kita tetapi bagaimana sebetulnya TUHAN ingin disembah/diagamai (sesuai cara Tuhan).
    Contoh nyata pd kasus pemindahan Tabut Musa. Bukankah si Uzia(saya harus lihat kitab untuk positif namanya?) yg bermaksud berbaik hati menolong agar tabut jangan jatuh, malah dihukum mati oleh Tuhan? Bukankah secara pemikiran manusia, Tuhan itu kejam/tdk berperasaan/tdk manusiawi?
    Aturan siapa yg bisa dipakai sebagai patokan standart beragama yg benar?

    Nah saya kasi bahan u tulisan berikutnya

    BalasHapus
  7. Link yg ke dua menunjukkan suatu kebohongan harus ditutupi oleh kebohongan lain, tetapi yg mau berfikir tetap akan melihat adanya jejak2 kebohongan di sana.

    BalasHapus
  8. Terima kasih Mbak buat inputnya. Sambil kerja sambil mikir update blog, hehehehe.

    BalasHapus
  9. sambil kerja, ssambil siapa tahu ada yg pussy pussy....

    BalasHapus
  10. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  11. Mas Kirik.
    Interpretasi/Pemahaman atas sebuah tulisan memang bisa bermacam2.
    Link 1, menurut saya adalah ajakan terhadap manusia2 yg mau berfikir untuk memeriksa kepercayaan kita pada Tuhan. mengapa? Ada beberapa sebab.
    Pertama bisa jadi agama kita benar. tetapi siapa yg mengenalkan kita pd agama kita? Dari mana kita memperoleh informasi ttg kpercayaan kita? Apakah kita memeriksanya? Merenungkannya? mengolahnya dengan akal budi kita?
    Bayangkan jika agama kita ternyata 'salah' alias bukan yg termasuk diridhoi olehNya. Jika Benar saja kita bisa salah dlm mengamalkannya, salah krn salah menerima informasi atau salah krn kita tdk menggalinya lebih dalam, apalagi jika ternyata salah.
    Ke Dua, Meneliti dengan seksama ajaran2Nya di agama kita dapat membuka dan mempertebal keimanan kita. Dapat menolong orang lain yg sedang/masih hijau/masih meraba2 ttg ajaran atau maksud suatu ayat (perintah) atau memperbaiki ajaran membatu yg telah ada dan ajarannya ternyata salah/tdk sesuai dgn kitab kepercayaan (satu iman ya..).
    Ke Tiga, Persembahan kita akan lebih diterima, Motif kita pasti diperhatikan, Nilai keagamaan kita menjadi lebih hidup.

    Bagaimana contoh pemeriksaan?
    Di link 1,kita diberi wawasan bahwa ucapan bisa berbeda dengan perbuatan. Jika berasal dr yg suci, pasti akan ada pembersihan/penyucian thd orang2 yg melakukan hal2 yg berlawanan dng ajaran, bukan malah akan menyebabkan semakin menjadi tinggi kedudukan org yg melakukan perbuatan melawan tadi.

    Paling mudah adl dengan memberi contoh pd kepercayaan lain.
    Mis. Biar diberi penjelasan sejelas2nya, orang muslim akan sangat susah mencerna kata2 yesus itu Tuhan, anak tuhan, apalagi tritunggal.
    Demikian pula sebaliknya. Nah Orang kristen akan susah menerima islam sebagai agama kedamaian jika umat islam adl pelaku2 kekerasan. Mana mungkin yg berasal dr yg suci berbuah kebusukan.

    Itulah fungsi link 2.
    dan link 2 bukan bercerita ttg perasaan korban WTC. tetapi menceritakan bahwa kebohongan konspirasi WTC akan ditutupi dengan kebohongan lainnya. Dan kebohongan2 tsb tetap menyisakan celah. Bukankah kita sering mendengar cerita konspirasi2 ttg WTC ini oleh para pemuka di media2? Menunjukan apa? Menunjukkan para pemuka ini BELUM/ENGGAN/TIDAK memeriksa fakta. Atau para pemuka ini takut agama yg dipeluknya dipermalukan.

    Apa urusannya dgn tulisna asu?
    Sama...
    Saya mengajak, jangan hanya ini agamaku, itu agamamu. tetapi maruilah kita memeriksa agama kita masing2 dengan tulus bukan dengan luapan emosi.
    Kita merasa 1000% pol menjalankan dan beribadah pada agama kita, ga tahunya...? Janagn2 Tuhannya adl Tuhan yg seperti Hitler... manis tapi ujungnya/buktinya pahit....

    aktu, pengalaman dan belajar akan meningkatkan rasa dan wawasan. Sekarang mungkin belon paham, tapi terus mencarinya seperti mencari harta terpendam (gitu ya?) masa tdk membuahkan hasil? Kecuali kitanya ngotot dengan pendapat sendiri dan mematikan nalar dan akal kita.

    BalasHapus