Jumat, 23 September 2011

Anak Asuh

Sejak saya mulai bekerja, saya sudah punya niat untuk menyisihkan sebagian gaji saya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Hal ini tidak pernah terjadi sampai akhirnya saya menikah dan istri saya juga punya niatan yang sama. Kami akhirnya memutuskan untuk mengambil anak asuh, tidak memungut anak asuh tapi hanya membayar uang sekolahnya dan membantu keluarganya sedikit-sedikit. Keluarga kami bukan keluarga kaya, maklum pengantin baru (meskipun sekarang pun masih seperti pengantin baru) dan karir belum bisa dibilang patut dibanggakan. Dengan bantuan mama mertua menghadap suster kepala sekolah SMP, meminta keringanan uang sekolah untuk anak yang kami sponsori dan menyanggupi untuk membayarnya.

Selama 6 tahun kami membiayai uang sekolah anak ini. Selama 6 tahun kami memberikan bantuan seadanya untuk keluarganya. Istri saya tidak setuju kalau hanya memberikan uang ke anak tersebut untuk membantu keluarganya. Menurut dia, kita tidak menolong anak ini kalau kita hanya memberi, she want him to earn it without actually expecting it. Jadi seringkali istri saya meminta anak ini untuk membantu mamanya dengan pekerjaan rumah tangga sehari-hari, entah mengepel lantai, menyapu, menyiram tanaman, mencuci piring, dsb. Tidak perlu lama-lama, kadang-kadang hanya sejam, kadang-kadang 2 jam. Tidak setiap hari kami memberi dia uang, melalui mama mertua saya, tapi dalam sebulan uang yang kami berikan padanya relatif sama besarnya.

Nilai jumlah bantuan yang kami berikan tidak seberapa. Memang terasa agak berat pada permulaannya tapi makin lama makin ringan dengan perjalanan karir kami. Secara pribadi, tapi saya juga yakin istri saya juga merasakan hal yang sama meskipun kita tidak pernah membicarakannya, ada kepuasan sendiri. Bukan karena jumlah uang yang kami relakan tapi karena kami bisa melihat sendiri impact dari apa yang kami relakan. Menyumbang tidak sekedar memberi, ada kenikmatan tersendiri waktu mengetahui bahwa pemberian tersebut membawa dampak yang positif. Tidak pernah saya menyangka bahwa anak asuh saya juga bisa mengasuh saya.

Percayalah, menyumbang itu nikmat sekali. Kalau tidak percaya, coba saja sendiri.

14 komentar:

  1. Tante saya pernah mengasuh anak (istilah sebelum ada anak asuh-atau GOA-zaman 1990). Ada sekitar 20 anak. 30 tahun berlalu, berapa yang tahu terima kasih? 2 !!! dan ajaibnya, benar2 ajaib...! bahwa yg dua yang tahu terima kasih ini adalah anak asuh yg paling TIDAK diperhatikan diantara sekiatr 30an anak yg dipeliharanya. Yang paling disayang masih membebani samapi sekarang (tante jatuh miskin), ada yg menjadi pembenci tante.

    Sekarang,
    Saya memiliki 14 anak asuh dan 2 anak asli. Berapa yang tahu terima kasih? belum, yang satu malah MBA, yang satu kawin muda (kawin dini, 16 tahun kawin--tentu, tdk ada anak yg salah, adanya orang tua yg kurang benar)

    Maknanya?
    Memberi harus tanpa pamrih dan pengharapan balas budi... jauh lebih nikmat....

    BalasHapus
  2. Benar Mbak, Oom saya juga begitu. Saya melihatnya kalau dari 30 ada 2 yang berhasil, berarti Tante nya Mbak sudah menyelamatkan 2 orang.

    Oom saya di santet orang, sempat sakit sebelum akhirnya meninggal. Waktu sakit semua usahanya habis, ada yang dirampok karyawannya ada yang dicuri anak asuhnya. Ada beberapa anak asuhnya yang berhasil dan itulah legacy Oom saya.

    Terima kasih sudah mampir di blog saya yang premature ini :)

    BalasHapus
  3. Ibu saya punya 6 anak asuh, which is anak kakaknya. Kakaknya ini tukang masak di rumah sakit pemerintah, janda. Miskin sekali. Jadi biaya pendidikan dikirim dari sini, setelah lulus sma, mereka tinggal di rumah kami untuk bersekolah.

    Mereka ke gereja yang sama. Lalu ibu pendetanya saya laporkan ke polisi karena mencelupkan kaki anak usia 1.5 thn ke air panas sampai kulitnya terkelupas kewer2 (bahasa Indonesianya apa ya..) dengan tujuan mendidik anak itu. Plus melapokan adanya audit, setiap anggota pemuridan gereja wajib melaporkan gajinya, lalu jika persembahan tidak mencapai level yg ditentukan (70% gaji) murid dapat hukuman, turun level pemuridan, dicambuk, dsb.

    Akibatnya, saya dituduh antikris, karena apa yg saya lakukan bisa membuat gereja ditutup. Mereka menelepon ibu saya, menyatakan putus hubungan keluarga dengan kami karena kami antikris.

    BalasHapus
  4. Terima kasih Mbak sudah mampir.

    Saya heran, kok kejam sekali yah? Padahal seharusnya pendeta memberikan contoh yg baik. Anak 1.5 thn kan belum ngerti apa2? Pindah gereja saja Mbak.

    BalasHapus
  5. @Mbak Est:

    Gereja aneh apapula itu? Di Indonesia ada gereja kayak gitu? Kaget bin shocked. Terus 1,5 tahun ngapain ke Gereja dengan asuhan langsung pendeta? Lha bukannya ngomong aja masih patah-patah? Ini benar2 merupakan pembenaran untuk saya yang malas ke Gereja, hahaha....

    @Mbak Kunti:
    [KUTIP]
    Memberi harus tanpa pamrih dan pengharapan balas budi... jauh lebih nikmat....
    ---
    Setuju 2000%.

    BalasHapus
  6. Thats why
    Kita dalam menilai suatu agama tidak selalu dapat melihat dr tingkah laku satu atau dua pengikutnya. Walaupun jelas sekali ada hubungan antara perbuatan secara umum dengan ajaran.

    Soal anak asuh (GNOTA), sebagai manusia kita diberi cinta kasih, akan heran jika Tuhan sebagai pencipta mendahulukan ke-maha kuasa-annya di atas cinta kasih dalam menyelesaikan masalah.

    The sories that i write up there its a true stories. Jangan memelihara anak dengan harapan anak adalah capstock kita jika kita sdh tua. Jika hasilnya baik bersyukurlah, jika busuk paling tdk kita sdh berbuat baik, melakukan perintahnya dengan baik.
    Apa perintahnya?
    "Peliharalah anak tdk mampu, anak yatim dengan ibunya terutama yg ibunya masih muda"
    Masih banyak janda2 kaya...... Ups, ... salah kutip

    Pesan unt asu
    kalau bisa, huruf pengecek(?) saat kita mau koment di bunuh aja, nglamain. If thats okey with u

    BalasHapus
  7. @asu:
    'Huruf pengecek' maksud Mbak kunti itu 'verification code'.

    Cara matiinnya:
    Dashboard --> Settings --> pilih 'Comments' (tab ke-4).

    Bergerak ke bawah, bagian no. 3 dari bawah ada:
    "Show word verification for comments?"

    Mark on: "No".
    --> Save settings.

    Hahaha.... sok ngajarin ya gue...
    (asu diajarin berenang, kan dari sononya dah bisa berenang)

    @Kunti:
    Hahaha.... salah kutip-nya lucu....

    BalasHapus
  8. komen saya kok nggak muncul ya... kayaknya masuk spam, hiks...

    BalasHapus
  9. Nah ini dia nih penyabab kenapa blog enggak jalan2. Mbak kunti, you have to tell me how. Kalo search sendiri butuh waktu.

    Mbak Gina, apa yg saya musti matiin supaya enggak ada yg masuk spam?

    Makanya saya bilang ini blog premature...;p

    BalasHapus
  10. Should Be di Options atau sesuatu yg menunya begitu, setting...

    BalasHapus
  11. Lha lucunya, komen saya yang masuk spam itu adalah petunjuk detail untuk memenuhi permintaan Mbak Kunti soal 'huruf pengecek' itu... hihi...

    BalasHapus
  12. Cara menampilkan lagi komen yang terlanjur masuk spam:

    Masuk Dashboard -> pilih: Comments (Tab ke-2 dari kiri, di sebalah Tab "Posting").

    Nanti di bawahnya ada tulisan:
    - Published (isinya komen2 yang masuk ke blog kita, tampilannya seperti daftar email masuk)
    - Spam

    Pilih: Spam

    Lalu select komen yang mau dianggap BUKAN SPAM.
    Kemudian pilih button: "NOT SPAM"

    ---
    Untuk benar2 me-non-aktifkan Spam, saya sudah bongkar2, kelihatannya nggak ada caranya. Jadi yang bisa, kadang2 blog-owner bisa 'ngintip' folder 'Spam' (seperti petunjuk di atas), siapa tau ada komen yang nyasar ke situ, kemudian komen itu ditandai sebagai 'not spam', supaya komen muncul lagi di blog. Nggak tau tuh, apa blogger yang lain tau caranya untuk langsung me-non-aktif-kan spam.

    BalasHapus
  13. Gereja itu semua pekerjanya tinggal di rumah2 bersama. Rumah jemaat dijadikan rumah bersama. Makanya anak itu ada disitu.

    Hasil investigasi Gatra malah pernah digantung terbalik di pohon, dan para pendetanya diminta memukul punggungnya dg rotan, untuk menguji, apakah para pendeta lebih sayang Tuhan atau anak ini. Anak ini memang lucu dan jadi kesayangan semua orang.

    Ya, sudah saya polisikan. Tapi begitulah polisi, kasus mandeg, sementara rekening gereja berkurang 2 miliar.

    Btw, saya ketinggalan komen ya.. nggak ada notification ke tempat saya, haha

    BalasHapus
  14. Dunia emang kebolak balik Mba est....
    Suka sedih melihatnya...
    Sedih karena tdk sesuai dengan kalimat2 mutiara
    "Kebaikan akan menang melawan kejahatan"
    "Tuhan pelindung orang baik"
    "ada malaikat pelindung bagi orang teraniaya"
    "Ada azab langsing pada setiap perbuayan buruk"
    "Polisi adl pelayan masyarakat"
    dll
    dll
    dll

    BalasHapus