Jumat, 23 September 2011

Apakah kamu sanggup hidup dari gaji seorang tukang cuci piring?


Saya cukup beruntung bisa mendapatkan kesempatan untuk belajar dan tinggal di Amerika dan istri saya, karena pekerjaannya, sempat tinggal di Hong Kong, sebelum kami menikah.  Setelah lulus kuliah S2 saya, saya susah untuk mendapatkan pekerjaan. Kota dimana saya tinggal bukan kota besar ditambah krisis ekonomi yang sedang berlangsung membuat pencari kerja seperti saya hampir putus asa. Saya akhirnya berhasil mendapatkan pekerjaan dan sempat bekerja di salah satu perusahaan reksa dana. Yang saya rasakan, sulit untuk mencari pekerjaan di bidang saya sedangkan untuk mendapatkan ijin kerja saya harus mendapatkan pekerjaan di bidang saya. Setelah ijin kerja saya habis saya memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan bekerja di Jakarta. Setelah menikah, istri saya berhenti bekerja dan pindah ke Jakarta.

Setelah terbiasa hidup di luar negeri, hidup di Jakarta terasa tidak nyaman. Macet, semrawut, korupsi dan tidak jelasnya peraturan menjadi penyebab utama ketidak betahan kami. Sampai akhirnya istri saya mengusulkan pindah ke luar negeri. Saya pengalaman mencari kerja di luar negeri itu susah sekali jadi saya tidak setuju dengan usulnya.

Lama kelamaan saya melihat perubahan pada istri saya. Perasaan tertekan terlihat sekali, membuat saya tidak tega. Akhirnya saya bicara.

“Saya setuju pindah dengan satu syarat”

“Apa syaratnya?”

“Kita musti bisa hidup dari gaji saya sebagai tukang cuci piring”

“Kenapa begitu?”

“You know me, I am willing to do anything, to give everything I have to support my family. Tapi, kita tetap harus siap-siap menghadapi the worst situation. Expect the worst, but aim for the best. Kalau kamu siap untuk itu, kita berangkat”

Istri saya tertegun, saya berikan dia waktu untuk mempertimbangkannya.

Akhirnya dia menyanggupi dan kita berangkat. Seperti yang saya duga, susah untuk mencari kerja. Semua cara sudah saya pakai, termasuk tidak mencantumkan gelar S2 saya. Saya berharap bisa mendapatkan entry level position dulu dan bergerak naik. Saya sadar saya butuh pengalaman kerja. Problem saya adalah reference dan credit history, thanks to 9/11. Sejak 9/11 banyak perusahaan yang extra hati-hati dalam menerima pegawai, takut yang diterima ada hubungannya dengan teroris. Saya merasa tanpa reference dan credit history saya tidak akan dapat pekerjaan di bidang saya. Akhirnya saya terpaksa switch mindset saya ke survival mode, saya kerja di fast food joint. Saya tidak mencantumkan degree saya dan dibantu teman saya bisa dapat kerjaan. Pegawai baru di fast food joint pasti dapat bagian nutup toko. Saya kerja dari jam 7 sampai jam 2:30 pagi, lumayan bisa untuk menutupi biaya hidup tapi tidak bisa nabung. Saya pikir break even for a start is OK.

Saya termasuk orang yang disayang manager saya karena saya tidak pernah menganggap remeh suatu pekerjaan. Anything that he can throw at me, saya kerjain. Saya tahu dia menguji saya. Saya bagian bikin burger dan cuci oil filter (oil filter itu beratnya minta ampun jadi saya enggak tega kalau perempuan yang nyuci. Malu saya sama badan saya), tapi saya juga pernah disuruh bersihin toilet. Saya juga pernah nyapu lapangan parkir. Semua saya kerjain dan dia selalu ngecek setelah saya selesai. Waktu saya menyapu lapangan parkir sendirian, sempat merasa bersalah pada orang tua yang menyekolahkan saya. Lulusan S2 menyapu lapangan parkir. Hari itu saya pulang dengan wajah enggak karuan. Waktu pulang istri saya menyapa saya dan menanyakan kenapa. Saya ceritakan saya menyapu lapangan parkir, mungutin puntung rokok. Dia bilang saya mungkin satu-satunya lulusan S2 Amerika yang nyapu lapangan parkir. Lalu dia bilang “I am proud of you” and kiss me. And my day ends on a high note.

Nikmatilah apa yang ada, yang sedikit juga bisa menjadi nikmat.

12 komentar:

  1. [KUTIP]
    Waktu saya menyapu lapangan parkir sendirian, sempat merasa bersalah pada orang tua yang menyekolahkan saya.
    ---
    Menurut saya, biasanya orang tua (apalagi orang tua Indonesia) suka malu kalau anaknya kerja macem2 yang dianggap 'lebih rendah' dari yang seharusnya (yang selama ini dimodalin).

    Lha kitanya sendiri ngapain malu/merasa bersalah? Bisa ngebanggain orang tua ya syukur, kalau nggak bisa, so what? Being honest, saya nggak begitu suka dengan konsep point-of-view dari orang tua bahwa "anak seharusnya membanggakan orang tua". Banyak lho orang tua yang berpikiran seperti ini. Menurut saya, pamrih amat. Anak juga akan sebisanya berbuat yang terbaik. Kalau emang mentok, masa disuruh korup biar kelihatan sukses?

    [KUTIP]
    Dia bilang saya mungkin satu-satunya lulusan S2 Amerika yang nyapu lapangan parkir.
    ---
    Ah, don't be exclusive. Di Jerman (pernah denger) banyak tuh lulusan S3 jadi supir taksi. Di sini (Indo) juga saya dah nemu dosen yang nyambi jadi supir taksi. Tidak ada pekerjaan yang lebih rendah dari pekerjaan yang lainnya. Itu cuma masalah mindset.

    Pekerjaan rendah dengan gengsi rendah? Buat saya itu cuma ditempati golongan copet, tukang jambret, tukang todong, dan kriminal lainnya. Bahkan untuk Indonesia saya paling ngefans sama pemulung. Coba kalau tidak ada pemulung. Makin menumpuklah sampah plastik di Indonesia yang pengelolaan sampahnya amburadul.

    BalasHapus
  2. [KUTIP]
    Waktu saya menyapu lapangan parkir sendirian, sempat merasa bersalah pada orang tua yang menyekolahkan saya.
    ---
    Menurut saya, biasanya orang tua (apalagi orang tua Indonesia) suka malu kalau anaknya kerja macem2 yang dianggap 'lebih rendah' dari yang seharusnya (yang selama ini dimodalin).

    Lha kitanya sendiri ngapain malu/merasa bersalah? Bisa ngebanggain orang tua ya syukur, kalau nggak bisa, so what? Being honest, saya nggak begitu suka dengan konsep point-of-view dari orang tua bahwa "anak seharusnya membanggakan orang tua".

    Banyak lho orang tua yang berpikiran seperti ini. Menurut saya, pamrih amat. Anak juga akan sebisanya berbuat yang terbaik. Kalau emang mentok, masa disuruh korup biar kelihatan sukses?

    [KUTIP]
    Dia bilang saya mungkin satu-satunya lulusan S2 Amerika yang nyapu lapangan parkir.
    ---
    Ah, don't be exclusive. Di Jerman (pernah denger) banyak tuh lulusan S3 jadi supir taksi. Di sini (Indo) juga saya dah nemu dosen yang nyambi jadi supir taksi. Tidak ada pekerjaan yang lebih rendah dari pekerjaan yang lainnya. Itu cuma masalah mindset.

    Pekerjaan rendah dengan gengsi rendah? Buat saya itu cuma ditempati golongan copet, tukang jambret, tukang todong, dan kriminal lainnya. Bahkan untuk Indonesia saya paling ngefans sama pemulung. Coba kalau tidak ada pemulung. Makin menumpuklah sampah plastik di Indonesia yang pengelolaan sampahnya amburadul.

    BalasHapus
  3. Untuk first point, namanya anak yang berbakti seperti saya, ehem...ehem, heheheh I can't do this. Tadinya mau jail...

    Pekerjaan halal paling rendah apa yang Mbak pernah lakukan? Yang diluar bidang Mbak. Apa yang mbak pikirkan pada saat itu. Menyapu bukan pekerjaan yg butuh banyak pikiran. Sisa dari kapasitas otak saya bebas melayang-layang dalam kesendirian saya di tengah lapangan parkir. Dan rasa bersalah itu yang akhirnya keluar.

    Mengeai S2 nyapu parkiran, kalau ada 2 orang S2 nyapu parkiran, yg 1 Mbak enggak kenal dan yang 1 nya lagi saya. Kemungkinan besar Mbak akan lebih bersimpati sama saya. Kenapa? Karena sedikit banyak Mbak "mengenal" saya. Apalagi saya lebih cute dan keren dari yg satunya hehehehe.

    Di luar negeri, negara2 mapan, banyak orang yg memilih untuk tidak bekerja karena mereka juga di support negara. Sebagian dari Orang2 ini adalah sarjana.

    BalasHapus
  4. Pernah kerja di juragan yg selalu pake celana pendek kemana2? si tukang kuda? Ya itu dia orangnya?
    Sarjana, S1, S2 mau Es lilin, pertama kerja adalah Nyapu.

    BalasHapus
  5. Bob Sadino pake celana pendek dan kemeja yg lengannya di potong pendek. Saya kagum sama jawabannya ketika ditanya kenapa kemana mana pake baju seperti itu. Dia bilang saya ini petani, besar dari bertani, ya beginilah baju seorang petani.

    BalasHapus
  6. Kalau ditanya pekerjaan paling rendah, saya bingung jawabnya gimana karena di mata saya 'pekerjaan rendah' itu cuma pencopet dan sejenisnya, sementara saya belum pernah jadi copet. Tapi kalau ditanya 'pekerjaan yang rendah gajinya', lha sampai sekarang penghasilan saya juga super pas-pasan. Saya pernah wawancara supir taksi, penghasilannya jelas2 lebih tinggi dari gaji saya. Kalau ditanya pekerjaan yang tidak sesuai bidang saya --> sampai sekarang generally pekerjaan saya tidak sesuai bidang saya.

    Kenapa saya bisa punya statement seperti 1st argument yang ada di 1st komen saya, soalnya saking 'gagalnya saya ngebanggain ortu', my father who previously I knew as a very idealistic person, sampai setuju kalau saya melakukan ketidakjujuran (kebetulan saya punya peluang untuk itu), yang penting duit saya nambah (banyak). My idealism becomes something weird to him. This fact really annoyed me, bahkan sampai sekarang.

    BalasHapus
  7. Kalau tidak sesuai bidang tapi memang itu yang mau di jadikan karir ya enggak papa. Yang susah kan kalau kerjaan tidak sesuai hati.

    BalasHapus
  8. Cerita yang menyentuh. Pendidikan kadang merupakan penghalang untuk maju. Saya pernah merasakannya, atau bahkan mungkin sedang mengalaminya.

    BalasHapus
  9. Terima kasih. Kadang2 pride kita jauh lebih tinggi dari pendidikan kita sehingga kita tidak bisa memakai pendidikan kita untuk maju.

    BalasHapus
  10. Second that... cerita yang menyentuh... memang perjuangan sebagai perantau di negri orang ngga gampang.
    Sekarang kelanjutannya gimana?

    BalasHapus

  11. Mohon maaf jika postingan ini menyinggung perasaan anda semua tapi saya hanya mau menceritakan pengalaman pribadi saya yang mengubah kehidupan saya menjadi sukses. Perkenalkan terlebih dahulu saya Sri Wahyuni biasa di panggil Mba Sri, TKI tinggal di kota Pontian johor Malaysia,Saya berprofesi sebagai pembantu rumah tangga, tapi saya tidak menyerah dengan keadaan saya, tetap ikhtiar.
    pengen pulang ke indonesia tapi gak ada ongkos pulang. sempat saya putus asa,gaji pun selalu di kirim ke indonesia untuk biaya anak sekolah,sedangkan hutang banyak, kebetulan teman saya buka-buka internet mendapatkan nomor hp Mbah Suro +6282354640471 katanya bisa bantu orang melunasi hutang nya melalui jalan togel dan Pesugihan Tampa Tumbal. . .
    dengan keadaan susah jadi saya coba beranikan diri hubungi dan berkenalan dengan beliau Mbah Suro, Dan saya menceritakan keadaan saya lagi susah di negri orang. Beliau menyarankan untuk mengatasi masalah perekonomian saya, baiknya melalui jalan togel saja. Dan angka yang di berikan beneran tembus ,6D dan saya dapat RM.457.000 Ringgit selama 3X putaran. alhamdulillah terima kasih banyak ya allah atas semua rejekimu ini. walaupun ini hanya melalui togel..

    BalasHapus