Minggu, 13 November 2011

Sempurna


Saya baru saja menerima email di group teman-teman kuliah saya, suami dari salah satu teman saya kuliah saya meninggal kemarin pagi dalam usianya yang relative muda. Menurut berita yang saya terima, dia baru saja bangun tidur lalu langsung kena serangan jantung, meninggal di saat itu juga. Anaknya masih kecil-kecil dan mungkin yang paling lecil belum bisa mengerti bahwa ayahnya sudah tiada. Tidak terbayang saya bagaimana teman saya dan anak-anaknya harus memulai hidup mereka tanpa suami dan ayah tercinta. Saya jadi membayangkan apa yang akan saya lakukan jika tiba-tiba istri saya tidak ada lagi dalam kehidupan saya?

Kadang-kadang kita take something for granted, hanya karena kita merasa terbiasa dengan keberadaan  sesuatu itu. Pasangan hidup misalnya, seseorang yang selalu kita lihat setiap hari. Untuk kebanyakan orang, pasangan hidup kita adalah orang pertama yang kita lihat sewaktu kita bangun tidur di pagi hari, setia menemani kita melewati hari-hari kita. Karena kita merasa terbiasa dengan keberadaan pasangan kita, seringkali kita lupa untuk menghargai mereka. Rutinitas kehidupan membuat perhatian dan kasih sayang mereka menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari yang lama-lama menjadi hal yang biasa buat kita.
Saya sering mengecam ajaran agama yang selalu mengajarkan konsep-konsep keTuhanan tanpa memperhatikan konsep-konsep kemanusiaan. Completely missed the point. Dalam hal hidup berpasangan saya kadang menyayangkan ajaran-ajaran yang memuliakan culture perkawinan dan culture berumah tangga tanpa menggubris nilai-nilai pengorbanannya. Kenapa istri kita menyiapkan makan buat kita? Karena memang sudah tugasnya. Kenapa suami bekerja setiap hari mencari nafkah? Karena memang sudah kewajibannya. Culture dan completely missed the point. Pernahkah terpikir bahwa mereka melakukan sesuatu untuk kita karena perasaan cintanya pada kita? Untuk kebanyakan orang, pada awalnya pasti ada perasaan itu tapi mungkin hilang setelah melewati bertahun-tahun dalam kehidupan perkawinan. Apakah anda termasuk orang yang harus diingatkan untuk menghargai pasangan hidup anda?
Pernahkah anda membayangkan, suatu hari anda bangun tidur dan menyadari bahwa pasangan hidup anda tidak ada lagi dalam kehidupan anda? Bagaimanakah anda akan melewati hari-hari anda? Haruskah kita begitu bodohnya untuk tidak menghargai sesuatu sampai kita kehilangan sesuatu itu.
Saya suka sekali lagu “Sempurna” yang dinyanyikan Gita Gutawa. Di salah satu postingan di YouTube, ada versi lagu ini sebagai original sound track nya sebuah sinetron (sumpah saya enggak tau apa judul sinetronnya) dan ada sebuah kalimat yang saya sangat suka di video clip tersebut. Di gambarkan ada seorang laki-laki setengah baya memberikan nasehat pada laki-kali lain yang jauh lebih muda. Dia mengatakan “Istri bukanlah hak milik, tetapi anugrah”. Nasehat yang indah, seindah lagunya.
Sekarang, kapankah anda terakhir mengucapkan “I Love You” pada pasangan anda? Now is a good time.

6 komentar:

  1. Tulisan yang sangat bagus, sempurna dan mengena di hati saya. Pokoknya pas judul dan isinya.

    Tapi [maaf ada tapinya] siMbah kurang sreg dengan paragraf terakhir. Lha, kalau hidup menjomblo sebatang kera eh, kara kayak mbah, harus bilang I love you pada siapa? Ada sih si Guguk tapi kagak bakalan ngerti dia. peace wage

    BalasHapus
  2. Hahaha, bukannya cewek Jepang cantik2 Mbah? Makanya jangan kelamaan milih2nya. Atau malah Mbah tidak mencari? Nunggu dicari mungkin?

    Kasih itu kan universal, bisa dikatakan atau ditunjukan pada siapapun juga yang menurut kita pantas menerimanya (meskipun caranya dan gayanya mungkin berbeda).

    BalasHapus
  3. Kalau cuma sekedar cantik sih banyak. Maunya mbah sih, selain cantik juga harus pintar namun tidak sombong, kemudian kaya, banyak warisan dan anak tunggal ha..ha...

    BalasHapus
  4. Hahaha, kasih tau saya yah, jadinya sama yang seperti apa.

    BalasHapus
  5. Jadinya ya sama mahluk jadi jadian alias buruk muka, cermin di belah, nyaring bunyinya. Jadi kagak usah ditunggu ya, karena jawabannya sudah pasti kagak ada.

    BalasHapus
  6. Hahahaha, Mbah bisa aja. Bukannya cewek2 Jepang banyak yang suka sama kulit sawo matang nya Indonesia?

    BalasHapus