Jumat, 11 November 2011

"?"

Kira-kira sebulan yang lalu, dalam sebuah diskusi di blog salah seorang teman, sempat disinggung mengenai film “?” karya Hanung Bramantyo. Diskusinya menarik sekali sampai saya mencoba mencari film tersebut di Youtube, maklumlah, tempat dimana saya menjadi TKI tidak memungkinkan saya untuk membeli film tersebut. Saya cari-cari tapi hanya ketemu trailer film tersebut. Tapi pencarian saya membuahkan hasil lain, tanggapan-tanggapan keras pemuka agama mengenai film tersebut.

Pemuka-pemuka agama tersebut banyak menyinggung topik pluralisme agama. Pada dasarnya mereka menentang film tersebut karena menurut mereka film ini mendukung pluralisme. Pluralisme disini, yang saya artikan, adalah kebenaran beragama tidak hanya milik agama tertentu saja tetapi dapat di temui dalam tiap-tiap agama. Sedangkan menurut pemuka-pemuka agama ini, hanya agama merekalah yang paling benar, Tuhan merekalah Tuhan sesungguhnya dan Tuhan mereka berbeda dengan Tuhan dalam agama-agama lainnya. Jadi pada prinsipnya, Tuhan hanya satu dan Tuhan ini milik mereka; dan semua agama lain menyembah pada Tuhan yang berbeda dan Tuhan yang salah. Jalan menuju Tuhan yang benar ini hanya satu, dan ini adalah agama mereka. Sudut pandang yang sangat menarik bagi saya karena saya tidak mengerti sama sekali mengenai sudut pandang ini dan dibuat bingung oleh sudut pandang ini.

Tuhan tidak dapat dibuktikan secara nyata, hanya dapat diimani, dan agama adalah petunjuk untuk mengimani Tuhan. Kalau ini yang menjadikan alasan untuk mengatakan bahwa persepsi Tuhan tiap-tiap agama itu berbeda, saya setuju. Kalau agamanya berbeda maka petunjuk untuk mengimani Tuhan akan berbeda, kalau imannya berbeda maka persepsi akan keTuhanannya juga akan berbeda. Hanya saja, ini berarti kita menempatkan agama sebelum Tuhan, padahal seharusnya sebaliknya. Karena Tuhan kita beragama, bukan karena kita beragama jadi kita berTuhan. Pengakuan terhadap Tuhan lah yang memaksa kita beragama.

Pada dasarnya semua agama mengajarkan kebaikan, mengajarkan kasih pada sesama, mengajarkan konsep benar dan salah. Menurut saya, pluralisme itu benar dan seharusnya umat beragama tidak hanya terpaku pada agamanya saja tapi juga mengambil ajaran-ajaran yang baik dari agama lain. Apa ruginya jika kita mengambil ajaran agama lain? Hanya karena image kita jadi berkurang, bukan agama yang serba lengkap, tahu segalanya? Sejak kapan agama mementingkan image manusia? Bukankah image Tuhan yang dipentingkan dalam beragama? Atau manusia sudah menjadi Tuhan agamanya sendiri?

2 komentar:

  1. Saya belum baca lagi konten blognya, dah mau berangkat. Cuma mau usul soal header 'Semua yang benar bisa jadi salah' yang ada di atas. Kalau bisa warna/jenis font dibedain dengan teks konten blog, soalnya saya kira tadinya ini bagian dari konten, hehe. Saya cari2 di teks, yang mana ya? Judulnya apa? Ternyata header...

    Usul ajah...^^

    BalasHapus
  2. Sip deh usul diterima, memang lagi mau ngerjain layout tp belum sempet2.

    BalasHapus