Jumat, 31 Agustus 2012

Si Asu

Hari ini anjing saya di diagnosa mengidap kanker. Ada gumpalan di dalam perutnya dengan diameter sekitar 12 cm dan kanker tersebut sudah menyebar cukup parah. Dokter masih mengatakan bahwa masih ada kemungkinan bisa sembuh dengan jalan operasi dan chemotherapy. Saya sudah berusaha mempersiapkan mental saya sebelum berangkat ke rumah sakit, tapi tetap saja saya merasakan kesedihan yang mendalam.
Anjing saya, sebutlah si Asu, sudah lebih dari 12 tahun umurnya, sudah merupakan bagian dari keluarga saya sejak dia berumur kurang dari 2 bulan. Masih terbayang dalam ingatan saya, seekor anjing kecil hanya seberat 5kg, dengan puppy eyes nya, energetic dan playful. Kami rawat baik-baik dan kami latih dengan telaten, dan Asu pun tumbuh sampai seberat 55kg. Saya ingat dia pernah lari dan tidak bisa berhenti dan menabrak saya, dan tahu-tahu saya sudah jatuh terlentang di atas lantai menatap langit-langit. Saya ingat si Asu pernah mengusir seorang bencong yang menawarkan kain. Saya sudah bilang saya tidak mau tapi si bencong tidak juga mau pergi. Tiba-tiba si Asu keluar dari rumah dan langsung menabrak pagar sambil menyalak. Pagar bergoyang hebat dan si bencong berteriak “Toolooong” sambil berlari. Satpam di ujung jalan tertawa terbahak-bahak. Mas/mbak bencong dimanapun anda berada, saya minta maaf, bukan maksud saya melepaskan Asu.
Banyak suka duka yang kami lewati bersama. Ketika saya dan istri memutuskan untuk merantau, saya bilang sama istri saya, kita pindah as a family, termasuk si Asu. Jadilah si Asu naik pesawat, bahkan sempat mengunjungi Eropa karena dia transit di Amsterdam.  Ini adalah awal perjalanan si Asu sebagai anjing perantau. Saya berterima kasih pada cabin crew yang sudah mau memberi Asu makan di Amsterdam dan staff yang mau mengeluarkan dia dari kandangnya. Meskipun tidak bisa ke mana-mana tapi paling tidak si Asu bisa keluar dari kandangnya.
Sembilan tahun sudah Asu dirantau. Setiap hari dia menjaga rumah, setiap hari dia menyambut kami ketika kami pulang ke rumah. Sekarang Asu sudah tua, nalurinya sudah tidak setajam dulu, tenaganya sudah tidak sehebat dulu, matanya sudah terlihat kelabu. My baby, my second best friend, has cancer. I know this day will come but I never expect it to be this soon. I know that I prepared myself for this, but I never expect that I am still not ready for it. I hope that I have some time left to take care of her.

Rantau, Agustus 20, 2012.

5 komentar:

  1. Terharu membacanya. Cerita yang sangat menyentuh. Omong2, si gukguk jenis apa Bang? Punya saya jenis scotland sheepdog. salam

    BalasHapus
  2. Rotweiller, mbah. Hanya seekor anjing tapi banyak mengajarkan apa itu hidup. Di depan mata saya, saya bisa melihat sebuah siklus kehidupan secara utuh, dari puppy sampai besar, sampai nanti ajal menjemput. Simple tapi kalau mau dipikirkan punya arti yg mendalam.

    BalasHapus
  3. Berarti gambar profile atau avatarnya adalah si guguk ya? Punya anjing memang sangat menyenangkan, cuma sayang anjing itu kayak kuda, berumur relatif pendek. wage

    BalasHapus
  4. Hehehehe....bukankah itu alami, mbah? Semua ada siklusnya, termasuk manusia. Kalau mau lama hidupnya, ya pelihara kura-kura saja.

    BalasHapus
  5. Alami sih alami, tapi khan sedih juga kalau sahabat setia berpulang terlalu cepat. Dipelihara 2 tahun sudah dewasa, 10 tahun lagi sudah jompo. Saya sudah berganti "teman setia" berulang kali. Jadinya kepikiran andai umurnya bisa sedikit lebih panjang.....

    Kura-kura emang bagus, umur panjang tapi sayang tidak bisa diajak main apalagi main-main. Sudah dikasih nama bagus tapi saat dipanggil tidak mau noleh alias kura2 eh...pura pura tidak tahu. Dasar kura-kura !! [w]

    BalasHapus