Senin, 26 Maret 2012

Uang

Banyak pendapat umum yang menyimpulkan bahwa salah satu alasan untuk bercerai adalah masalah ekonomi. Uang, plenty of it or lack of it. Menurut saya pendapat ini ada benarnya. Kekurangan atau kelebihan uang dapat menyebabkan perceraian. Tidak sependapat? Coba anda pikirkan lagi sampai anda sependapat dengan saya.

Yang sangat disayangkan, perceraian bukanlah satu-satunya produk dari masalah ekonomi. Jika seseorang kekurangan uang, maka orang tersebut akan hidup dalam tekanan stress yang luar biasa. Banyak sekali faktor uncertainty dalam hidupnya. Bagaimana tidak? Jangankan untuk biaya hidup besok, untuk hari ini saja belum tentu ada. Bukan tidak mungkin, menurut saya bahkan sangat mungkin, orang tersebut akan merasa got nothing to loose, dan kemudian memilih untuk hidup dalam lembah hitam. On the other side, seseorang yang kelebihan uang akan mempunyai banyak pengikut dan pemuja. Akan sangat gampang baginya untuk mendapatkan sesuatu dan membuat orang untuk melakukan apapun baginya. Berapa kalikah dalam hidup anda, anda menemui seseorang yang kaya raya tapi down to earth? Akan sangat mudah bagi seseorang yang hampir mempunyai segalanya untuk memandang rendah orang lain yang tidak seberuntung dia, the less fortunate.

Sekarang, menyinggung masalah agama. Saya berpendapat ada hubungannya antara tingkat ekonomi dan kefanatikan dalam beragama. Menurut saya, pada umumnya, seseorang yang kekurangan uang akan lebih fanatik dari seseorang yang berkecukupan dalam hal ekonomi. Alasan saya berpendapat demikian adalah, untuk orang yang tidak punya banyak, agama akan menjadi sesuatu yang sangat menarik karena menjanjikan "kehidupan" yang lebih baik setelah kehidupan yang serba kekurangan ini. Siapa yang tidak tertarik dengan janji kehidupan yang lebih baik? Untuk orang yang serba berkelebihan, agama seringkali hanya menjadi salah satu tolok ukur untuk tingkat status sosialnya. Pak Haji itu sholatnya lengkap, sedekahnya banyak. Bapak itu berdoanya rajin, anak asuhnya ratusan. Bla...bla....bla...Jika agama dihilangkan dari gambaran orang-orang kaya tersebut, apakah mereka akan kehilangan? Sepertinya tidak.

Menurut saya, karena negara adalah kumpulan manusia, maka ada kesamaan dalam hubungan antara masalah ekonomi dengan kefanatikan beragama pada level individual dengan level bernegara. Negara yang underdeveloped dan developing akan cenderung lebih fanatik dibandingkan dengan negara yang developed. Lihat negara-negara Islam di timur tengah, negara manakah yang lebih mungkin untuk menghasilkan terorist? Yang sudah maju seperti UAE atau negara yang belum maju seperti Afghanistan?

Sekarang lihatlah Indonesia. Apakah Indonesia adalah negara maju atau negara yang belum maju? Menurut anda, jika Indonesia adalah negara maju, apakah FPI akan punya banyak pengikut? Menurut saya, jika Indonesia menjadi maju dan makmur, FPI akan mati dengan sendirinya atau terpaksa berubah haluan dari ormas politik menjadi ormas agama. Bagaimana menurut anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar